PRINSIP DASAR MULTIMEDIA PEMBELAJARAN
1.
Prinsip-Prinsip Pembelajaran Multimedia
Rosch menyatakan bahwa multimedia adalah kombinasi dari
komputer dan video. Sementara Mc. Cormick mendefinisikan multimedia sebagai
kombinasi dari tiga elemen, yaitu suara, gambar, dan teks. Robin & Linda
mengartikan multimedia sebagai alat yang dapat menciptkakan presentasi yang
dinamis dan interaktif yang mengkombinasikan teks, grafik, animasi, auido, dan
gambar video (Suyanto, 2003: 5).Ade Cahyana dan Devi Munandar (2008) memberikan
definisi teknologi multimedia sebagai perpaduan dari teknologi komputer baik
perangkat keras maupun perangkat lunak dengan teknologi elektronik. Menurut
keduanya sekarang ini perkembangan serta pemanfaatan teknologi multimedia
banyak digunakan hampir di seluruh aspek kegiatan.
Dalam buku yang berjudul ”The Developers Handbook
to Interaktive Multimedia”, Rob Philip (1997: 8) menjelaskan :
”The term ‘multimedia’ is a catch-all phrase to describe
the new wave of computer software that primarily deals with the provisions of
information. The ’multimedia’ component is characterized by the presence of
text, picture, sound, animation and video; some or all wich are organized into
some coherence program. The ‘interactive’ component refers to the process of
empowering the user to control the environment usually by a computer.”
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa multimedia merupakan perpaduan dari beberapa elemen informasi yang dapat
berupa teks, gambar, suara, animasi, dan video. Program multimedia biasanya
bersifat interaktif.
Komponen
Multimedia Pembelajaran
Hofstetter sebagaimana dikutip oleh Suyanto menyatakan
bahwa terdapat empat komponen penting dalam multimedia. Empat komponen tersebut
adalah: (a) komputer, yang berfungsi untuk mengkoordinasikan apa yang dilihat
dan didengar, serta berinteraksi dengan user; (b) link, yang menghubungkan user
dengan informasi yang ada dalam program multimedia; (c) alat navigasi, yang
berguna untuk memandu user dalam menjelajah informsi; (d) ruang untuk
mengumpulkan, memproses, dan mengkomunikasikan gagasan user (2003: 52).
Empat komponen multimedia yang disebutkan oleh Hofstetter
di atas merupakan bentuk dari adanya interaktivitas dalam multimedia.
Interaktivitas merupakan pusat perhatian utama dalam desain seting media
pembelajaran seperti computer assisted instruction (CAI), computer
assisted learning (CAL), dan online learning environments (Hsinyi
Peng: 2008).
Perangkat multimedia yang berbasis komputer dibedakan
menjadi perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras multimedia terdiri
dari empat unsur utama yaitu: input unit, central processing unit,
memory, dan output unit. Unit input adalah bagian
penerima dan memasukkan data maupun instruksi. Central Processing Unit (CPU)
berperan melaksanakan dan mengatur instruksi, termasuk menghitung dan
membandingkan. Memory atau storage merupakan
bagian yang berfungsi untuk menyimpan informasi. Sedangkan unit output berfungsi
sebagai penyaji informasi.
Jenis-Jenis
Multimedia Berbasis Komputer
Rob Philips mengemukakan bahwa multimedia yang
berbasis komputer terdiri dari multimedia interkatif dan multimedia yang tidak
interaktif (1993: 8). Interaktif maksudnya pengguna dapat mengontrol
pengoperasian program sesuai dengan yang dikehendaki, sedangkan yang tidak
interaktif adalah sebaliknya.
Multimedia interaktif dapat dibedakan menjadi multimedia
interaktif of line dan on line. Multimedia interaktif of
line adalah program multimedia yang tidak terkoneksi dengan internet,
hanya beroperasi pada komputer stand alone. Sedangkan multimedia
interaktif on line adalah program multimedia yang terkoneksi
dengan jaringan internet atau sering disebut dengan istilah hypermedia.
Sims mendeskripsikan bahwa dalam lingkungan
belajar online yang interaktif, kontrol terhadap peserta didik
melalui komunikasi aktif berupa pemberian umpan balik merupakan komponen
interaktivitas yang esensial. Dalam konsep pendidikan jarak jauh, interaksi
merupakan aspek yang penting jika kualitas pendidikan jarak jauh ingin
diwujudkan (Wilson: 2004).
Berdasarkan tingkat interaktivitasnya, multimedia
dibedakan menjadi multimedia interaktif tingkat operator dan multimedia
interaktif tingkat kreator. Interaksi yang terjadi pada tingkat operator,
pengguna hanya bisa memilih atau menentukan menu-menu atau perintah yang
tersedia. Sedangkan pada multimedia interaktif tingkat kreator, pengguna
dapat memanfaatkan program untuk berkreasi sesuai dengan materi yang ada di
dalamnya (Wang Qiyun & Cheung Wing Sum, 2003: 218).
Berdasarkan bentuk program pembelajaran yang dikembangkan,
multimedia interaktif dibedakan menjadi: (a) drill and practice;
(b) tutorial; (c) simulation; (d) game; dan
(e) problem solving (Heinich: 1996: 9-12). Muirhead (2001),
mendefinisikan interaktif sebagai komunikasi, partisipasi, dan umpan
balik yang membantu siswa dan guru untuk berinteraksi secara aktif. Multimedia
pembelajaran hendaknya memiliki tingkat interaktivitas yang tinggi, agar proses
pembelajaran mandiri berlangsung dinamis.
Berkaitan dengan jenis multimedia, program multimedia yang
akan dikembangkan oleh peneliti adalah multimedia interkatif yang
bersifat on line, dan dari segi bentuknya berupa multimedia yang
berisi tutorial dan problem solving.
Prinsip
Pengembangan Multimedia Pembelajaran
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam
pengembangan media pembelajaran meliputi: prinsip kesiapan dan motivasi,
penggunaan alat pemusat perhatian, pengulangan, partisipasi aktif peserta
didik, dan umpan balik (Abdul Gafur, 2007: 20-22).
Prinsip kesiapan dan motivasi menekankan bahwa kesiapan
dan motivasi peserta didik untuk menerima informasi pembelajaran sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar mengajar. Kesiapan peserta
didik mencakup kesiapan pengetahuan prasyarat, kesiapan mental, dan kesiapan
fisik. Motivasi merupakan dorongan untuk melakukan atau mengikuti kegiatan
belajar. Motivasi tersebut dapat berasal dari dalam diri maupun dari luar diri
peserta didik (Abdul Gafur, 2007: 20).
Penggunaan alat pemusat perhatian dalam media pembelajaran
dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi peserta didik untuk fokus terhadap
materi pelajaran. Hal ini membantu konsentrasi peserta didik dalam memahami isi
pelajaran sehingga penguasaan mereka menjadi lebih baik.
Informasi atau keterampilan baru jarang sekali dapat
dikuasai secara maksimal hanya dengan satu kali proses belajar. Agar penguasaan
terhadap informasi atau keterampilan baru tersebut dapat lebih optimal, maka
perlu dilakukan bebrapa kali pengulangan. Prinsip pengulangan ini harus
diperhatikan dalam mengembangkan media pembelajaran.
Proses belajar mengajar akan lebih berhasil manakala
terjadi interaksi dua arah antara pengajar dan peserta didik. Partisipasi aktif
peserta didik dalam pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan
materi pelajaran. Oleh karena itu media pembelajaran yang digunakan hendaknya
mampu menimbulkan keterlibatan peserta didik secara aktif (interaktif) dalam
proses belajar
Umpan balik yang diberikan oleh pengajar secara tepat
dapat menjadi pendorong bagi peserta didik untuk selalu meningkatkan
prestasinya. Untuk itu, pengajar harus memberikan respon umpan balik secara
berkala terhadap kemajuan belajar peserta didik (Abdul Gafur, 2007: 20).
Prinsip-prinsip
tersebut di atas dapat diakomodasi dalam sebuah media pembelajaran berupa
multimedia pembelajaran interaktif dan web pembelajaran
2.
Prinsip-Prinsip Multimedia untuk
Pembelajaran
Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Richard E. Mayer (2001) menunjukan bahwa anak didik kita
memiliki potensi belajar yang berbeda-beda. Kini dunia pendidikan makin maju,
dapatkah modalitas belajar siswa yang berbeda-beda ini dibawa dalam sebuah
teknologi Multimedia? Menurut Mayer ada 12 prinsip desain multimedia
pembelajaran yang dapat diterapkan di Pembelajaran.
12 Prinsip Merancang
Multimedia Pembelajaran, yaitu :
1)
Prinsip Multimedia
Orang belajar lebih baik dari gambar dan kata dari pada sekedar kata-kata saja.
Karena dinamakan multimedia berarti wajib mampu mengkombinasikan berbagai media
(teks, gambar, grafik, audio/narasi, video, animasi, simulasi, dll) menjadi
satu kesatuan yang harmonis. Sebab kalau tidak namanya bukan multimedia tapi
single-media.
2)
Prinsip Kesinambungan Spasial
Orang belajar lebih baik ketika kata dan gambar terkait disandingkan berdekatan
dibandingkan apabila disandingkan berjauhan atau terpisah. Oleh karena itu,
ketika ada gambar (or sodarenye nyang laen seperti video, animasi, dll) yang
dilengkapi dengan teks, maka teks tersebut harus merupakan jadi satu kesatuan
dari gambar tersebut, jangan menjadi sesuatu yang terpisah.
3)
Prinsip Kesinambungan Waktu
Orang belajar lebih baik ketika kata dan gambar terkait disajikan secara
simultan dibandingkan apabila disajikan bergantian atau setelahnya. Nah, ketika
Anda ingin memunculkan suatu gambar dan atau animasi atau yang lain beserta
teks, misalnya, sebaiknya munculkan secara bersamaan alias simultan. Jangan
satu-satu, sebab akan memberikan kesan terpisah atau tidak terkait satu sama
lain. Begitu kata Mayer.
4)
Prinsip Koherensi
Orang belajar lebih baik ketika kata-kata, gambar, suara, video, animasi yang
tidak perlu dan tidak relevan tidak digunakan. Nah, ini yang sering terjadi.
Banyak sekali pengembang media mencantumkan sesuatu yang tidak perlu. Mungkin
maksudnya untuk mempercantik tampilan, memperindah suasana atau menarik
perhatian mata. Tapi, menurut Mayer, hal ini sebaiknya dihindari. Cantumkan
saja apa yang perlu dan relevan dengan apa yang disajikan. Jangan macam-macam.
5)
Prinsip Modalitas Belajar
Orang belajar lebih baik dari animasi dan narasi termasuk video), daripada dari
animasi plus teks pada layar. Jadi, lebih baik animasi atau video plus narasi
daripada sudah ada narasi ditambah pula dengan teks yang panjang. Hal ini,
sangat mengganggu.
6)
Prinsip Redudansi
Orang belajar lebih baik dari animasi dan narasi termasuk video), daripada dari
animasi, narasi plus teks pada layar (redundan).
Sama dengan prinsip di atas. Jangan redudansi, kalau sudah diwakili oleh narasi
dan gambar/animasi, janganlah tumpang tindih pula dengan teks yang panjang.
7)
Prinsip Personalisasi
Orang belajar lebih baik dari teks atau kata-kata yang bersifat komunikatif
(conversational) daripada kalimat yang lebih bersifat formal. Lebih baik
menggunakan kata-kata lugas dan enak daripada bahasa teoritis, oleh
karena itu, sebaiknya gunakan bahasa yang komunikatif dan sedikit ber-style.
8)
Prinsip Interaktivitas
Orang belajar lebih baik ketika ia dapat mengendalikan sendiri apa yang sedang
dipelajarinya (manipulatif: simulasi, game,
branching). Sebenarnya,
orang belajar itu tidak selalu linier alias urut satu persatu. Dalam
kenyataannya lebih banyak loncat dari satu hal ke hal lain. Oleh karena itu,
multimedia pembelajaran harus memungkinkan user/pengguna dapat mengendalikan
penggunaan daripada media itu sendiri. dengan kata lain, lebih manipulatif
(dalam arti dapat dikendalikan sendiri oleh user) akan lebih baik. Simulasi,
branching, game, navigasi yang konsisten dan jelas, bahasa yang komunikatif,
dan lain-lain akan memungkinkan tingkat interaktivitas makin tinggi.
9)
Prinsip Sinyal (cue, highlight, ..)
Orang belajar lebih baik ketika kata-kata, diikuti dengan cue, highlight,
penekanan yang relevan terhadap apa yang disajikan. Kita bisa memanfaatkan
warna, animasi dan lain-lain untuk menunjukkan penekanan, highlight atau pusat
perhatian (focus of interest). Karena itu kombinasi penggunaan media yang
relevan sangat penting sebagai isyarat atau kata keterangan yag memperkenalkan
sesuatu.
10)
Prinsip Perbedaan Individu
9 prinsip tersebut berpengaruh kuat bagi
mereka yang memiliki modalitas visual tinggi, kurang berpengaruh bagi yang
sebaliknya. Kombinasi teks dan narasi plus visual berpengaruh kuat bagi mereka
yang memiliki modalitas auditori tinggi, kurang berpengaruh bagi yang
sebaliknya. Kombinasi teks, visual dan simulasi berpengaruh kuat bagi mereka
yang memiliki modalitas kinestetik tinggi, kurang berpengaruh bagi yang
sebaliknya.
11) Prinsip
Praktek
Interaksi
adalah hal terbaik untuk belajar,kerja praktek dalam memecahkan masalah dapat
meningkatkan cara belajar dan pemahaman yang lebih mendalam tentang materi yang
sedang dipelajari.
12) Pengandaian
Menjelaskan
materi dengan audio meningkatkan belajar. Siswa
belajar lebih baik dari animasi dan narasi, daripada dari animasi dan teks pada
layar.
Kesimpulannya penggunaan
multimedia (kombinasi antara teks, gambar, grafik, audio/narasi,
animasi, simulasi, video) secara efektif untuk mengakomodir perbedaan modalitas
belajar
3.
Pemilihan Media Pembelajaran
Untuk menghasilkan media pembelajaran yang baik perlu
dilakukan dengan menempuh prosedur yang benar dalam proses pengembangannya.
Soulier sebagaimana dikutip oleh Sunaryo Sunarto (2002) menjelaskan bahwa
tahapan pengembangan media khususnya yang berbantuan komputer meliputi plan,
development, dan evaluation.
William W Lee dalam bukunya Multimedia Based
Instructinal Design menguraikan lima tahap prosedur pengembangan
media yang meliputi analysis, design, development, implementation, dan evaluation (2004:
161).
a)
Analysis
Sebelum mengembangkan media, terlebih dahulu harus
dilakukan analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan dapat dilakukan dengan cara
observasi lapangan atau melalui kajian pustaka.
b)
Design
Tahap desain mencakup desain pembelajaran dan desain
produk media. Tahap desain pembelajaran meliputi komponen: identitas, standar
kompetensi dan kompetensi dasar, materi pokok, strategi pembelajaran, rancangan
evaluasi, dan sumber bahan. Sedangkan desain produk media mencakup
elemen: struktur diagram alir, storyboard, dan elemen gambar atau animasi.
c)
Development
Tahap ini adalah tahapan produksi media sesuai dengan
desain yang direncanakan. Pada tahap ini dilakukan assembling (perakitan)
berbagai elemen media yang diperlukan menjadi satu kesatuan media utuh yang
siap digunakan.
d)
Evaluation
Evaluasi terhadap media pembelajaran dilakukan dengan
dengan cara validasi oleh ahli materi dan ahli media, untuk mengetahui kualitas
media yang telah dihasilkan. Selain dengan validasi ahli, evaluasi juga
dilakukan dalam bentuk ujicoba oleh pengguna. Ujicoba media dilakukan dengan
tiga tahap, yaitu ujicoba perorangan, ujicoba kelompok kecil, dan ujicoba
lapangan.
Ujicoba perorangan dilakukan terhadap seorang peserta
didik yang mewakili kelompok yang akan menjadi pengguna media tersebut. Untuk
keperluan ujicoba, sebaiknya dipilih peserta didik yang kemampuannya sedikit di
bawah kemampuan rata-rata.
Ujicoba terhadap kelompok kecil dilakukan setelah adanya
revisi berdasarkan hasil ujicoba perorangan. Ujicoba kelompok kecil ini
diberikan terhadap 5-8 peserta didik yang memiliki kemampuan rata-rata
kelompok. Setelah ujicoba kelompok kecil selesai, maka perlu dilakukan
perbaikan atau revisi sesuai dengan temuan yang ada.
Ujicoba lapangan dilakukan terhadap kelompok peserta didik
yang menjadi target penggunaan media, dalam situasi belajar yang sebenarnya.
Jika tidak memungkinkan untuk mengujicobakan terhadap seluruh peserta didik
secara lengkap, maka dapat diambil sampel sejumlah 20-30 orang.
Sung
Heum Lee (1999) menawarkan lima dimensi dalam uji penggunaan multimedia
interaktif. Lima dimensi yang harus diuji adalah: learnability,
performance efetiveness, flexibility, error tolerance & system integrity,
dan user satisfaction. Dimensi learnabilitybertujuan mengetahui
tingkat kemampuan pengguna dalam mengoperasikan sistem untuk menghasilkan
penguasaan kompetensi yang diharapkan. Performance effectivenessdimaksudkan
untuk mengukur kemudahan penggunaan sistem secara kuantitatif. Flexsibilityterkait
dengan sejauh mana sistem memungkinkan user untuk mencapai tujuannya. Error
tolerance & system integrity dimaksudkan untuk menguji toleransi
kesalahan dalam menggunakan sistem dan atau kemampuan sistem dalam mencegah
kehilangan dan korupsi data. Dimensi user satisfaction dimaksudkan
untuk mengukur persepsi, perasaan, dan opini pengguna tentang sistem yang
dihasilkan
Prinsip Pemilihan Media
Pembelajaran
Prinsip-prinsip pemilihan
media pembelajaran merujuk pada pertimbangan seorang guru dalam memilih dan
menggunakan media pembelajaran untuk digunakan atau dimanfaatkan dalam kegiatan
belajar mengajar. Hal ini disebabkan adanya beraneka ragam media yang dapat
digunakan atau dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar.
Menurut
Rumampuk (1988:19) bahwa prinsip-prinsip pemilihan media adalah:
·
harus diketahui dengan jelas media itu
dipilih untuk tujuan apa.
·
pemilihan media hams secara objektif, bukan
semata-mata didasarkan atas kesenangan guru atau sekedar sebagai selingan atau
hiburan. pemilihan media itu benar-benar didasarkan atas pertimbangan untuk
meningkatkan efektivitas belajar siswa.
·
tidak ada satu pun media dipakai untuk
mencapai semua tujuan. Setiap media memiliki kelebihan dan kelemahan. Untuk
menggunakan media dalam kegiatan belajar mengajar hendaknya dipilih secara
tepat dengan melihat kelebihan media untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu
·
pemilihan media hendaknya disesuaikan
dengan metode mengajar dan materi pengajaran, mengingat media merupakan bagian
yang integral dalam proses belajar mengajar
·
untuk dapat memilih media dengan tepat,
guru hendaknya mengenal ciri-ciri dan masing-masing media.
·
pemilihan media hendaknya disesuaikan
dengan kondisi fisik lingkungan.
Sedangkan
Ibrahim (1991:24) menyatakan beberapa pedoman yang dapat digunakan untuk memilih
media pembelajaran, antara lain:
·
sebelum memilih media pembelajaran, guru
harus menyadari bahwa tidak ada satupun media yang paling baik untuk mencapai
semua tujuan. masing-masing media mempunyai kelebihan dan kelemahan. penggunaan
berbagai macam media pembelaiaran yang disusun secara serasi dalam proses
belajar mengajar akan mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran
·
pemilihan media hendaknya dilakukan secara
objektif, artinya benar-benar digunakan dengan dasar pertimbangan efektivitas
belajar siswa, bukan karena kesenangan guru atau sekedar sebagai selingan
·
pernilihan media hendaknya memperhatikan
syarat-syarat (a) sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, (b)
ketersediaan bahan media, (c) biaya pengadaan, dan (d) kualitas atau mutu
teknik.
Berikutnya Brown, Lewis,
dan Harcleroad (1983: 76-77) menyatakan bahwa dalam memilih media kriterianya
sebagai berikut:
1. Isi
5. Kualitas teknis
2. Tujuan
6. Keadaan Penggunaan
3. Appropriatness
7. Verifikasi Pelajar
4. Biaya;
8. Validasi
Menurut Asyhar (2011:82), prinsip pemilihan
media adalah sebagai berikut :
·
Kesesuaian, media yang dipilih harus sesuai
dengan tujuan pembelajaran, karakteristik peserta didik dan materi yang
dipelajari, serta metode atau pengalaman belajar yang diberikan pada peserta
didik.
·
Kejelasan sajian, materi yang disajikan
dalam media pembelajaran harus jelas dengan menggunakan kata – kata yang tepat,
variasi huruf dan warna yang jelas sehingga lebih mudah untuk dipahami siswa
·
Kemudahan akses, dalam pembuatan media
pembelajaran juga harus diperhatikan bagaimana akses atau perangkat yang
mendukung media tersebut agar tidak menjadi kendala dalam penggunaannya
·
Keterjangkauan, dalam hal ini berkaitan dengan
biaya yang akan dikeluarkan dalam pembuatan media. Media yang dibuat harus
disesuaikan dengan kemampuan si pembuatnya.
·
Ketersediaan, hal ini perlu dipertimbangkan
dalam memilih media. Jadi harus tersedia media pengganti jika suatu media yang
akan digunakan tidak tersedia
·
Kualitas, Dalam hal ini sebaiknya dipilih
media yang berkualitas tinggi.
·
Ada alternatif, bahwa guru tidak hanya
tergantung pada media tertentu saja tapi harus kreatif dan inovatif dalam
melakukan pemilihan dan pengadaan media pembelajaran
·
Interaktifitas, media yang baik adalah
media yang dapat memberikan komunikasi dua arah secara interaktif
·
Organisasi, dalam pembuatan media juga
harus mendapat dukungan organisasi yang terkait.
·
Kebaruan, semakin baru media yang digunakan
semakin baik dan menarik bagi siswa.
·
Berorientasi siswa, perlu dipertimbangkan
keuntungan dan kemudahan apa yang akan diperoleh siswa dengan media tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa
prinsip-prinsip pemilihan media pembelajaran adalah:
·
media yang dipilih harus sesuai dengan
tujuan dan materi pelajaran, metode mengajar yang digunakan serta karakteristik
siswa yang belajar (tingkat pengetahuan siswa, bahasa siswa, dan jumlah siswa
yang belajar)
·
untuk dapat memilih media dengan tepat,
guru harus mengenal ciri-ciri dan tiap tiap media pembelajaran
·
pemilihan media pembelajaran harus
berorientasi pada siswa yang belajar, artinya pemilihan media untuk
meningkatkan efektivitas belajar siswa
·
pemilihan media harus mempertimbangkan
biaya pengadaan, ketersediaan bahan media, mutu media, dan lingkungan fisik
tempat siswa belajar
Berdasarkan kesimpulan di
atas, dapat diturunkan sejumlah faktor yang mempengaruhi penggunaan media dalam
kegiatan pembelajaran yang dapat dipakai sebagai dasar dalam kegiatan
pemilihan. Adapun faktor-faktor tersebut adalah:
·
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
·
karakteristik siswa atau sasaran
·
jenis rangsangan belajar yang diinginkan
·
keadaan latar atau lingkungan
·
(5)kondisi setempat
·
luasnya jangkauan yang ingin dilayani