Selasa, 28 Februari 2017

PENGEMBANGAN E-LEARNING DALAM PEMBELAJARAN KIMIA


PENGEMBANGAN E-LEARNING DALAM PEMBELAJARAN KIMIA


Bahan ajar yang tersedia di sekolah biasanya hanya berupa buku teks. Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah dan Atas (2010), bahan ajar adalah segala bentuk bahan berupa seperangkat materi yang disusun secara sistematis untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan memungkinkan siswa untuk belajar. Menurut Depdiknas (2008), bahan ajar dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik materi yang akan disajikan. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, penggunaan alat bantu media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif seperti penggunaan komputer atau internet.

Penggunaan internet dalam proses pembelajaran dikenal dengan istilah e-learning.  E-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer lain. E-learning  membuat pembelajaran dapat lebih terbuka dan fleksibel. Pembelajaran dapat terjadi kapan saja, dimana saja, dan dengan siapa saja. Salah satu media yang dikembangkan untuk menunjang pembelajaran secara online adalah program LMS (Learning Management System). Menurut Yasar dan Adiguzel, Learning Management System (LMS) adalah suatu pengelolaan pembelajaran yang mempunyai fungsi untuk memberikan sebuah materi belajar, mendukung kolaborasi, menilai kinerja peserta didik, merekam data peserta didik, dan menghasilkan laporan yang berguna untuk memaksimalkan efektifitas dari sebuah pembelajaran. Selain materi ajar, skenario pembelajaran perlu disiapkan dengan matang untuk mengundang keterlibatan peserta didik secara aktif dan konstruktif dalam proses belajar mereka .  
Pembelajaran yang hanya dilakukan di kelas memiliki beberapa kelemahan, di antaranya sumber belajar terbatas, pembelajaran kurang efektif, dan tidak mampu mengakomodasi gaya dan kecepatan belajar siswa. Gaya belajar adalah suatu cara atau strategi seseorang dalam mengelola informasi. Kelemahan tersebut dapat diatasi dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang semakin maju dengan  mengembangkan media pembelajaran yang dapat mengakomodasi perbedaan gaya dan kecepatan belajar siswa. terlebih lagi dalam pembelajaran kimia sangat diperlukan media agar materi kimia yang cenderung susah dipahami oleh siswa dapat terbantu dengan adanya media yang mendukung.  Oleh karena itu diperlukan sebuah media yang mampu memberikan nuansa baru dalam pembelajaran, memberikan beragam sumber belajar yang dapat diakses setiap saat oleh siswa, sehingga mampu mengakomodasi gaya dan kecepatan belajar siswa.
Media pembelajaran berbasis learning management system menjadi salah satu solusi yang bisa dipakai dalam proses pembelajaran. Beberapa alasan menggunakan media pembelajaran ini adalah(a) terjadi peningkatan efektivitas pembelajaran dan prestasiakademik siswa, (b) menambah kenyamanan, (c) menarik lebih banyak perhatian siswa kepada materi yang disampaikan dalam pembelajaran, (d) dapat diterapkan dengan berbagai tingkat dan model pembelajaran, dan (e) dapat menambah waktu pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi dunia maya .Media pembelajaran berbasis LMS sangat berguna dalam menyediakan lingkungan/suasana belajar yang lengkap bagi siswa, karena penuh dengan penyediaan dokumen yang terkait modul dalam format elektronik, kesempatan untuk saling belajar bersama-sama,dan kesempatan untuk menyerahkan semua penilaian sumatif secara elektronik. Alasan lain yang mendukung perspektif tersebut adalah bahwa setiap siswa memiliki akses ke semua konten pembelajaran, memiliki fleksibilitas waktu dan momen yang paling cocok untuk kebutuhan siswa dalam 
belajar, dapat belajar dengan kemampuan kecepatan belajar masing-masing, dan berpartisipasi dalam kesempatan belajar yang interakti.


Model pengembangan

Pengembangan bahan ajar berbasis e-learning dengan materi hidrokarbon dan minyak bumi ini didasarkan pada model pengembangan yang direkomendasikan oleh Thiagarajan (1974), yakni 4D-Model yang terdiri dari pembatasan (define), perencanaan (design), pengembangan (develop), dan penyebarluasan (disseminate).  Tahap pendefinisian (define) adalah untuk menentukan dan menegaskan kebutuhan-kebutuhan pembelajaran. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah: (1) analisis ujung depan yang mengarah pada hasil akhir dari pengembangan yakni berupa bahan ajar berbasis e-learning, (2) analisis siswa, langkah ini menetapkan subyek pebelajar dan sasaran belajar siswa yaitu siswa kelas X semester 2 dengan materi pokok senyawa hidrokarbon dan minyak bumi dengan karakter siswa yang telah mengenal internet, dan (3) perumusan indikator hasil belajar yang dirumuskan berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).  Analisis siswa dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) analisis tugas dengan mencari literatur dan sumber belajar tentang hidrokarbon dan minyak bumi dan (2) analisis konsep yang dilakukan dengan mengidentifikasi konsep-konsep utama yang akan dipelajari.  Tahap perencanaan (design) meliputi tiga langkah yaitu: (1) penyusunan tes dengan membuat soal yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman materi dan keberhasilan siswa dalam memahami materi dalam bahan ajar, (2) pemilihan media untuk mendapatkan media yang tepat sesuai dengan perkembangan era teknologi yang sedang berlangsung, yaitu media internet, dan (3) perancangan awal yang meliputi membaca buku teks yang relevan, menulis bahan ajar, adaptasi bahan ajar, konsultasi secara intensif dengan dosen pembimbing. Pada tahap pengembangan (develop) langkah- langkah yang dilakukan adalah: (1) konsultasi dengan pembimbing yang bertujuan untuk merancang dan menyusun media dan instrumen yang akan dipakai dalam penelitian, (2) validasi yang merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data tentang nilai yang diperoleh dari validator, (3) analisis hasil validasi,  hasil validasi dianalisis sesuai dengan penilaian, saran, dan kritik dari validator, (4) revisi bahan ajar berbasis e-learning yang bertujuan untuk menyempurnakan bahan ajar yang akan digunakan, dan (5) uji coba terbatas, tujuan uji coba ini hanya untuk mengetahui kelayakan dari produk pengembangan yakni bahan ajar berbasis e-learning.  Tahap keempat yaitu penyebarluasan (disseminate) merupakan tahap penggunaan bahan ajar yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas. Tahap ini bertujuan untuk menguji efektivitas penggunaan bahan ajar berbasis e-learning hasil pengembangan. Dalam pengembangan ini, tahap penyebarluasan (disseminate) tidak dilakukan karena pertimbangan keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya.  Selain itu, disesuaikan dengan tujuan pengembangan bahan ajar berbasis e-learning yakni untuk mengetahui kelayakan bahan ajar bukan untuk mengukur prestasi belajar siswa.


15 komentar:

  1. saya ingin bertanya, bagaimana cara guru mengembangkan bahan ajar berbagai bentuk yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik materi yang akan disajikan ? dan sebutkan contohnya. terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. dengan cara melihat rancangan belajar dan kurikulum yang di gunakan

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Dalam pengembangan e learning dalam pembelajaran kimia, itu pasti memiliki dampak negatif dan juga positif nya, tolong jelaskan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Peserta didik dapat dengan mudah mengambil mata kuliah dimanapun
      di seluruh dunia tanpa batas institusi atau batas negara.
      Peserta didik dapat dengan mudah belajar pada para ahli di bidang
      yang diminatinya.
      Kuliah/belajar dapat dengan mudah diambil di berbagai penjuru dunia
      tanpa bergantung pada universitas/sekolah tempat si mahasiswa belajar.
      Di samping itu kini hadir perpustakan internet yang lebih
      dinamis dan bisa digunakan di seluruh jagat raya.
      begitu pun sebaliknya

      Hapus
  4. assalam mualaikum wr wb tolong anda jelaskan bagaimana cara kita seeorang guru menerapkan e-learning dalam pembelajaran kimia yang sulit,seperti reaksi agar siswa tiak mudah bosan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. dengan menambahkan animasi bergerak yang sesuai dengan materi yang akan di sampaikan

      Hapus
  5. assalamaulaiakum wr wb saya ingin menambahkan Beberapa teori yang melandasi perancangan desain pesan multimedia instruksional ialah teori pengkodean ganda, teori muatan kognitif, dan teori pemrosesan ganda. Menurut teori pengkodean ganda manusia memiliki sistem memori kerja yang terpisah untuk informasi verbal dan informasi visual, memori kerja terdiri atas memori kerja visual dan memori kerja auditori. Teori muatan kognitif menyatakan bahwa setiap memori kerja memiliki kapasitas yang terbatas. Sedangkan teori pemrosesan ganda menyatakan bahwa penyampaian informasi lewat multimedia instruksional baru bermakna jika informasi yang diterima diseleksi pada setiap penyimpanan, diorganisasikan ke dalam representasi yang berhubungan, serta dikoneksikan dalam tiap penyimpanan . Temuan-temuan penelitian telah menguji kebenaran teori pengkodean ganda (dual-coding theory): terdapat dua buah saluran pemrosesan informasi yang independent yaitu pemrosesan informasi visual (atau memori kerja visual) dan pemrosesan informasi verbal (atau memori kerja verbal); kedua memori kerja tersebut memiliki kapasitas yang terbatas untuk memroses informasi yang masuk. Hal terpenting yang dinyatakan oleh teori muatan kognitif adalah sebuah gagasan bahwa kemampuan terbatas memori kerja, visual maupun auditori, seharusnya menjadi pokok pikiran ketika seseorang hendak mendesain sesuatu pesan multimedia.

    BalasHapus
  6. assalamualaikum , postingan yang menarik..
    saya hanya ingin menambahkan kelengkapan materi saudari bahwasanya Dalam paradigma sekarang, dengan pendekatan SCL dominasi guru berkurang dan sebagian besar hanya berperan sebagai fasilitator dan bukan sebagai satu-satunya sumber belajar. Sebagai fasilitator guru semestinya dapat memfasilitasi siswa atau siswa agar dapat belajar setiap saat di mana saja dan kapan saja siswa merasa memerlukan. Proses belajar mengajar akan berjalan efektif dan efisien bila didukung dengan tersedianya media yang menunjang. Penyediaan media serta metodologi pendidikan yang dinamis, kondusif serta dialogis sangat diperlukan bagi pengembangan potensi peserta didik, secara optimal. Hal ini disebabkan karena potensi peserta didik akan lebih terangsang bila dibantu dengan sejumlah media atau sarana dan prasarana yang mendukung proses interaksi yang sedang dilaksanakan.
    terima kasih

    BalasHapus
  7. assalamualaikum wr wb,apakah e-learning dapat di gunakan di daerah pedesaan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. apabila dipedesaan itu sudah terjangkau oleh jaringan internet saya rasa dpat di gunakan

      Hapus
  8. Apakah ada keunggulan dari pembelajaran berbasis e-learning?

    BalasHapus
  9. saya ingin menambahkan dari materi yang telah saudari posting, yaitu :

    Keunggulan e-learning
    E-learning dapat dengan cepat diterima dan kemudian diadopsi adalah karena memiliki kelebihan/keunggulan sebagai berikut (Effendi, 2005) :
    a. Pengurangan biaya
    b. Fleksibilitas. Dapat belajar kapan dan dimana saja, selama terhubung dengan internet.
    c. Personalisasi. Siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan belajar mereka.
    d. Standarisasi. Dengan e-learning mengatasi adanya perbedaan yang berasal dari guru, seperti : cara mengajarnya, materi dan penguasaan materi yang berbeda, sehingga memberikan standar kualitas yang lebih konsisten.
    e. Efektivitas. Suatu studi oleh J.D Fletcher menunjukkan bahwa tingkat retensi dan aplikasi dari pelajaran melalui metode e-learning meningkat sebanyak 25 % dibandingkan pelatihan yang menggunakan cara tradisional
    f. Kecepatan. Kecepatan distribusi materi pelajaran akan meningkat, karena pelajaran tersebut dapat dengan cepat disampaikan melalui internet.

    Kendala-kendala e-learning
    Kendala atau hambatan dalam penyelenggaraan e-learning, yaitu (Effendi, 2005) :
    a. Investasi. Walaupun e-learning pada akhirnya dapat menghemat biaya pendidikan, akan tetapi memerlukan investasi yang sangat besar pada permulaannya.
    b. Budaya. Pemanfaatan e-learning membutuhkan budaya belajar mandiri dan kebiasaan untuk belajar atau mengikuti pembelajaran melalui komputer.
    c. Teknologi dan infrastruktur. E-learning membutuhkan perangkat komputer, jaringan handal, dan teknologi yang tepat.
    d. Desain materi. Penyampaian materi melalui e-learning perlu dikemas dalam bentuk yang learner-centric. Saat ini masih sangat sedikit instructional designer yang berpengalaman dalam membuat suatu paket pelajaran e-learning yang memadai.

    Kekurangan E-Learning
    Sebagaimana asal kata dari e-learning yang terdiri dari e (elektronik) dan
    learning (belajar), maka system ini juga mempunyai kekurangan, antara lain :
    1. Bagi orang yang gagap teknologi, system ini belum bisa diterapkan.
    2. Keterbatasan jumlah computer yang dimiliki oleh sekolah juga menghambat
    pelaksanaan e-learning.
    3. Kehadiran guru sebagai makhluk yang dapat berinteraksi secara langsung dengan
    para murid telah menghilang dari ruang-ruang elektronik e-learning ini.
    Kelemahan lain dalam e-learning yang sering menjadi pembicaraan, antara lain kemungkinan adanya kecurangan, plagiasi, dan pelanggaran hak cipta. Kuldep.
    Pembelajaran dengan menggunakan e-learning juga harus membutuhkan jaringan internet untuk pembelajaran jarak jauh.

    BalasHapus