TEORI PEMPROSESAN INFORMASI
BERBANTUAN MEDIA
Menurut Teori informasi, penmprosesan
informasi menjadi sistem pengetahuan berlansung sebagai berikut: Informasi
mula-mula disimpan pada sensory storage (gudang indrawi), kemudian masuk short
term memory (memori jangka pendek), lalu dilupakan atau dikoding untuk
dimasukan kedalam long term memory (memori jangka panjang).
Berdasarkan teori di atas dapat dilihat
bahwa sebelum terwujud menjadi sistem pengetahuann terlebih dahulu informasi
yang diterima mengalami berbagai proses psikis dan mental dalam diri seseorang.
Pada mulanya stimulus-stimulus dari lingkungan nenghampiri alat-alat indra (
receptor). Seluruh sistem itulah yang disebut gudang indrawi.(M. Dimyati
Mahmud).disini informasi diseleksi dan diproses lebih lanjut untuk dialihkan ke
memori jangka pendek .Dalam memori jangka pendek informasi hanya bertahan
sebenatar, ia akan segera hhilang jika tidak diproses lebih lanjut. Sebahagian
dari memori jangka pendek yang telah diproses lebih lanjut akan tersimpan
menjadi memori jangka panjang, dan inilah yang akan menjadi pengetahuan.
Model belajar
pemrosesan informasi ini sering pula
disebut model kognitif information processing, karena dalam
proses belajar ini tersedia tiga taraf struktural
sistem informasi, yaitu:
1) Sensory
atau intake register: informasi masuk
ke sistem melalui sensory register, tetapi
hanya disimpan untuk periode waktu
terbatas. Agar tetap dalam sistem, informasi
masuk ke working memory yang digabungkan dengan
informasi di long-term memory.
2) Working
memory: pengerjaan atau operasi informasi berlangsung di working
memory, dan di sini berlangsung berpikir
yang sadar. Kelemahan working memory sangat
terbatas kapasitas isinya dan memperhatikan
sejumlah kecil informasi secara serempak.
3) Long-term
memory, yang secara potensial tidak
terbatas kapasitas isinya sehingga mampu menampung seluruh
informasi yang sudah dimiliki peserta didik. Kelemahannya
adalah betapa sulit mengakses informasi yang
tersimpan di dalamnya.
Pada umumnya informasi yang sudah
tersimpan sebagai ingatan jangka panjang tidak akan mudah hilang. Meskipun
demikian menurut R.M. Gegne (1977, hal. 55) sebahagian diantaranya juga tidak
mudah dipanggil kembali, karena adanya hambatan dari memori-memori yang baru
terdapat yang lama.
Ditinjau dari
kepentingan belajar, yang paling pokok dari teori informasi adalah pemrosesan
informasi dari memori jangka pendek menjadi memori jangka panjang, karena di
sinilah sebenarnya sistem pengetahuan terbentuk. Pada saat ini seseorang
melakukan proses elaborasi, yaitu kegiatan membandingkan, menganalisis, dan
mentranformasikan (Abizar, 1983, hal. 15). Proses yang berlangsung di sini akan
sangat menentukan sekali terhadap sifat informasi yang diterima: dalam arti,
apakah informasi itu akan bertahan lama dalam ingatan atau tidak. Menurut
Dimyati Mahmud (1989, hal. 138) cara seseorang melakukan proses elaborasi ikut
menentukan terhadap diingatnya kembali informasi pada waktu lain. Oleh sebab
itu perlu dicari suatu pendekatan serta metode belajar mengajar yang tepat agar
pemrosesan informasi dapat berlangsung secara maksimal.
Dalam mengartikan penyampaian
informasi dengan multimedia perlu dibedakan apa yang disebut dengan media
pengantar, desain pesan, serta kemampuan sensorik. Media pengantar
mengacu pada sistem yang dipakai untuk menyajikan informasi, misalnya media
berbasiskan media cetakan atau media berbasiskan komputer. Desain pesan mengacu
pada bentuk yang digunakan untuk menyajikan informasi, misalnya pemakaian
animasi atau teks audio. Kemampuan sensorik mengacu pada jalur pemrosesan
informasi yang dipakai untuk memproses informasi yang diperoleh, seperti proses
penerimaan informasi visual atau auditorial. Sebagai contoh, suatu paparan
tentang bagaimana sistem sesuatu alat bekerja dapat dipresentasikan melalui
teks tertulis dalam buku atau melalui teks di layar komputer (dua media yang
berbeda), dalam bentuk rangkaian kata-kata atau kombinasi kata-kata dan gambar
(dua desain pesan yang berbeda), atau dalam bentuk kata-kata tertulis atau
lisan (dua sensorik yang berbeda). Sebenarnya istilah desan pesan mengacu pada
proses manipulasi, atau rencana manipulasi dari sebuah pola tanda yang
memungkinkan untuk mengkondisi pemerolehan informasi. Penelitian telah
menemukan bukti bahwa desain pesan yang berbeda pada multimedia
instruksional mempengaruhi kualitas performansi (Pranata, 2004). Beberapa teori
yang melandasi perancangan desain pesan multimedia instruksional ialah
teori pengkodean ganda, teori muatan kognitif, dan teori pemrosesan
ganda. Menurut teori pengkodean ganda manusia memiliki sistem memori kerja yang
terpisah untuk informasi verbal dan informasi visual, memori kerja terdiri atas
memori kerja visual dan memori kerja auditori. Teori muatan kognitif
menyatakan bahwa setiap memori kerja memiliki kapasitas yang terbatas.
Sedangkan teori pemrosesan ganda menyatakan bahwa penyampaian informasi lewat
multimedia instruksional baru bermakna jika informasi yang diterima diseleksi
pada setiap penyimpanan, diorganisasikan ke dalam representasi yang
berhubungan, serta dikoneksikan dalam tiap penyimpanan .
Temuan-temuan penelitian (Pranata, 2004) telah menguji kebenaran teori
pengkodean ganda (dual-coding theory): terdapat dua buah saluran pemrosesan
informasi yang independent yaitu pemrosesan informasi visual (atau memori kerja
visual) dan pemrosesan informasi verbal (atau memori kerja verbal); kedua
memori kerja tersebut memiliki kapasitas yang terbatas untuk memroses informasi
yang masuk. Hal terpenting yang dinyatakan oleh teori muatan kognitif adalah
sebuah gagasan bahwa kemampuan terbatas memori kerja, visual maupun auditori,
seharusnya menjadi pokok pikiran ketika seseorang hendak mendesain sesuatu
pesan multimedia.
Teori belajar yang oleh Gagne
(1988) disebut dengan ‘Information Processing Learning Theory’. Teori ini
merupakan gambaran atau model dari kegiatan di dalam otak manusia di saat
memroses suatu informasi. Karenanya teori belajar tadi disebut juga
‘Information-Processing Model’ oleh Lefrancois atau ‘Model Pemrosesan
Informasi’. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan
informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk
hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara
kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi
internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil
belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi
eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam
proses pembelajaran.
Menurut Gagne tahapan proses
pembelajaran meliputi delapan fase yaitu,
- · motivasi;
- · pemahaman;
- · pemerolehan;
- · penyimpanan;
- · ingatan kembali;
- · generalisasi;
- · perlakuan;
- · umpan balik.
Lalu, bagaimanakah cara siswa agar dapat menyimpan ingatan dari memory jangka pendek ke jangka panjang?
BalasHapusdengan cara mengulang kembali di ruah materi yang telah di sampaikan guru di kelas
Hapussaya ingin sedidkit mencob menjawab dari pertanyaan saudari mona, yaitu :
BalasHapusProses masuknya informasi ke dalam ingatan jangka panjang tetap melalui tahap memori sensoris. Pada tahap ini informasi dari luar yang diterima oleh indera diubah menjadi impuls-impuls neural sesuai dengan masing-masing fungsi indera, kemudian impuls-impuls neural yang mengandung informasi ini diteruskan ke ingatan jangka pendek. Setelah informasi masuk ke dalam ingatan jangka pendek, di seleksi sedemikian rupa mana yang dianggap penting dan tidak, kemudian diteruskan ke ingatan jangka panjang.
Sebelum masuk ke ingatan jangka panjang, informasi yang telah disaring pada ingatan jangka pendek, perlu dilakukan proses semantic atau imagery coding. Dalam proses ini arti dari informasi dianalisis lebih jauh lagi. Misalnya saat kita mendengar seseorang yang mengatakan, “Atun dihina oleh Nana sampai sakit hati”, maka kita tidak hanya mengerti arti masing-masing kata dalam kalimat tersebut, tetapi kita juga berusaha mengerti apa yang terjadi sebenarnya dari keseluruhan kalimat tersebut. Sebaliknya bila kita mendengar kata-kata lain yang unsurnya sama, seperti “Nana dihina Atun sampai sakit hati”, maka kita tahu bahwa yang terjadi sekarang berbeda dari yang pertama. Dalam kedua kalimat tersebut kalau kita mengingat arti dari kata-kata dalam keseluruhan kalimat itu, maka kita sedang melakukan semantic coding; tetapi kalau kita membayangkan reaksi dari Atun atau Budi dalam peristiwa itu, maka kita melakukan imagery coding.
Jadi, ingatan jangka panjang akan melakukan penyaringan informasi berdasarkan arti dari informasi tersebut, makna, keadaan emosi, gambaran akibat dan sebagainya, oleh karena itu penyimpanan informasi dapat berlangsung secara permanen.
terimakasih telah menambahkan di postingan saya
Hapusselamat malam luki , materi blog nya bagus , saya hanya ingin menambahkan materi blog luki bahwa sebenarnya
BalasHapusTeori pemrosesan informasi bermula dari asumsi bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan salah satu hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut teori ini, belajar merupakan proses mengelola informasi, namun teori ini menganggap sisitem informasi yang diproses yang nantinya akan dipelajari siswa adalah yang lebih penting. Karena informasi inilah yang akan menentukan proses dan bagaimana proses belajar akan berlangsung akan sangat oleh sistem informasi yang dipelajari.
Pemrosesan informasi itu sendiri secara sederhana dapat diartikan suatu proses yang terjadi pada peserta didik untuk mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi tersebut dengan inti pendekatannya lebih kepada proses memori dan cara berpikir. Dalam teori pemrosesan informasi, terdapat beberapa model mengajar yang akan mendorong pengembangan pengetahuan dalam diri siswa dalam hal mengendalikan stimulus yaitu mengumpulkan dan mengorganisasikan data, menyadari dan memecahkan masalah, mengembangkan konsep sehingga mampu menggunakan lambang verbal dan non verbal dalam penyampaiannya. Bahkan orientasi utama pada modelnya mengarah kepada kemampuan siswa dalam mengolah, menguasai informasi sehingga dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan yang akan didapatkannya.
terima kasih sebelumnya
terimakasih kepada teman-teman yang telah berpartisipasi di postingan saya, semoga dapat menambah wawasan
BalasHapusAssalamualaikum saya ingin bertanya. menurut anda bagaimna cara mengatasi miss komunikasi yang terjadi pada siswa?
BalasHapusHai Dhiyah, saya akan menjawab pertanyaan kamu. menurut saya, cara mengatasi miss komunikasi yang terjadi pada siswa, Guru harus benar-benar menguasi materi yang akan di sampaikan pada pross pembelajaran di kelas. dan memberikan penjelasan selengkap-lengkapnya agar siswa memahami dan mengerti supaya tidak terjadi miss komunikasi antara siswa dengan siswa dan guru dan siswa yang akan berdampak buruk terahadap hasil ujian dan evaluasi siswa. terimakaisih
Hapusterimakasih telah menambahkan.
Hapuskenapa setiap siswa memiliki tingkat kemampuan memproses informasi yang berbeda-beda?
BalasHapuskarena setiap siswa memiliki daya tangkap yang berbeda-beda jadi pada saat guru memberikan materi di kelas kemampuan dalam memproses informasi berbeda-beda
Hapusassalamaulaikum, disini saya ingin menambahkan sedikit materi blog lukita bahwa Model belajar pemrosesan informasi ini sering pula disebut model kognitif information processing, karena dalam proses belajar ini tersedia tiga taraf struktural sistem informasi, yaitu:
BalasHapus1) Sensory atau Sensory Receptor (SR) merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar. informasi masuk ke sistem melalui sensory register Di dalam SR informasi ditangkap dalam bentuk aslinya, informasi hanya dapat bertahan dalam waktu yang sangat singkat, dan informasi tadi mudah terganggu dengan kata lain sangat mudah berganti
2) Working memory: Pengerjaan atau operasi informasi berlangsung di working memory. Disini, berlangsung proses berpikir secara sadar. Working Memory (WM) diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberi perhatian (attention) oleh individu. Pemberian perhatian ini dipengaruhi oleh peran persepsi. Karakteristik WM adalah bahwa; 1) ia memiliki kapasitas yang terbatas, lebih kurang 7 slots. Informasi di dalamnya hanya mampu bertahan kurang lebih 15 detik apabila tanpa upaya pengulangan atau rehearsal. 2) informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya.
3) Long-term memory, Long Term Memory (LTM)
terima kasih sebelumnya
Terimakasih telah menambahkan di postingan saya
Hapusassalamualaikum wr wb postingan saudara sudah bagus saya lihat sdh cukup lengkap akan tetapi disini saya sedikit memberi saran coba saudai samakan format tulisan agar postingan saudari dapat terlihat rapi dan lebih bagus lagi
BalasHapus