Selasa, 14 Maret 2017

PERSENTASI E-LEARNING KIMIA HASIL PENGEMBANGAN

Pada elearning kimia hasil pengembangan kami menggunakan situs edmodo sebagai alat membuat program elearning yang dapat di download pada playstore untuk ponsel handphone selain itu juga dapat diakses melalui https://www.edmodo.com/home#/
           Berikut ini merupakan beberapa screenshot dari kegiatan kami di Edmodo dimana saya sebagai student:




MEDIA POWER POINT SEBAGAI PRESENTASI MULTIMEDIA PEMBELAJARAN KIMIA HASIL PENGEMBANGAN

Pembelajaran kimia hasil pengembangan dapat dilakukan dalam materi kimia yaitu UJI KELARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT. Media yang digunakan adalah power point, power point adalah alat bantu persentasi , biasanya dijelaskan untuk sesuatu hal yang dirangkum dan dikemas dalam slide power poit.  

            Dibawah ini merupakan contoh power point yang digunakan untuk persentasi multimedia pembelajaran kimia hasil pengembangan: 







ALAT PERAGA SEDERHANA

ALAT PERAGA SEDERHANA

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5 

LUKITA SARI                          (RSA1C115002)
ISMI HASANAH                       (RSA1C115008)
NADILLA ERINA H.                 (RRA1C115008)
ESTER MORDEKAI S.             (RSA1C115009)
M.MASBUN PANE                   (RRA1C115016)
HALIZA AGUSRIYANI P.         (RRA1C115017)
ROSTALINDA RUMAPEA       (RSA1C115022)
LILIS NURHAYATI                  (RSA1C115029)

Materi : Balon Mengembang tanpa di tiup
Tujuan :
·         Dapat menguji Balon Mengembang tanpa di tiup.
·         Dapat mengetahui reaksi kiia dan sifat wujud benda berupa gas.

Dasar teori:

Alat dan Bahan:
·         Alat:
Botol
Kertas
Balon

·         Bahan:
Cuka
Soda kue

Langkah - Langkah pengujian :

Langkah pertama masukkanlah cuka tadi ke dalam balon yang sudah kita siapkan, setelah itu siapakan balon dan soda kue, masukkan dengan menggunakan kertas yang sebelumnya digulung seperti bentuk corong.
kemudian kita pasang balon pada permukaan bibir botol yang telah diisi dengan cuka. Soda kue yang ada di dalam balon akan turun dan bereaksi dengan cuka sehingga timbullah gelembung-gelembung, gelembung tersebut berupa gasyang dapat mengembangkan balon tanpa di tiup. Dari percobaan ini kita menggunakan reaksi kimia serta sifat wujud dari gas.






materi selengkap nya  dapat dilihat dalam video yang telah kami upload ke youtube dengan link berikut : https://www.youtube.com/watch?v=ylbQ-kHBwvI

Sabtu, 04 Maret 2017

PRESENTASI MULTIMEDIA PEMBELAJARAN KIMIA HASIL PENGEMBANGAN

MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA HASIL PENGEMBANGAN

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5 

LUKITA SARI                            (RSA1C115002)
ISMI HASANAH                        (RSA1C115008)
NADILLA ERINA HANDAYANI  (RRA1C115008)
ESTER MORDEKAI                   (RSA1C115009)
M.MASBUN PANE                     (RRA1C115016)
HALIZA AGUSRIYANI PUTRI    (RRA1C115017)
ROSTALINDA RUMAPEA          (RSA1C115022)
LILIS NURHAYATI                    (RSA1C115029)

Materi : Pengujian Larutan Elektrolit dan Non elektrolit
Tujuan : Dapat menguji hantaran listrik melalui larutan
             Dapat mengidentifikasi larutanelektrolit dan non elektrolit

Dasar teori
    Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan memberikan gejala berupa 
menyalanya lampu pada alat uji atau timbulnya gelmbung gas dalam larutan .Larutan yang menunjukan gejala – gejala tersebut pada pengujian tergolong ke dalam larutan elektrolit.
Larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik dengan memberikan gejala berupa tidak ada gelembung dalam larutan atau lampu tidak menyala pada alat uji. Larutan yang menunjukan gejala – gejala tersebut pada pengujian tergolong ke dalam larutan nonelektrolit.
Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan baik. Hal ini disebabkan karena zat terlarut akan terurai sempurna (derajat ionisasi = 1) menjadi ion-ion sehingga dalam larutan tersebut banyak mengandung ion-ion. Karena banyak ion yang dapat menghantarkan arus listrik, maka daya hantarnya kuat.
Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan lemah. Hal ini disebabklan karena zat terlarut akan terurai sebagian (derajat ionisasi = 0 < α < 1) menjadi ion-ion sehingga dalam larutan tersebut sedikit mengandung ion. Hal ini disebabkan tidak semua terurai menjadi ion-ion (ionisasi tidak sempurna) sehingga dalam larutan hanya ada sedikit ion-ion yang dapat menghantarkan arus listrik.
Alat dan Bahan
alat: 
1.      3 baterai besar  
2.      1 bola lampu
3.      Kabel 
4.     papan 
5.      2 paku

6.      lakban hitam
bahan:
1.      Larutan garam
2.      larutan asam cuka (CH3COOH)
3.      Larutan gula

4      larutan H2SO4


Langkah - Langkah pengujian dan rangkaian alat

langkah percobaan:

1. periksalah apakah alat penguji elektrolit dapat bekerja dengan baik atau tidak jika kedua elektroda dihuugkan , lampu dapat menyala
2. masukkan paku ke salah satu larutan yang akan diuji kekuatan daya hantar listriknya dengan 2 buah katoda kedalam gelas beker hingga setengahnya, perhatikan jangan sampai bersentuhan.
3. catat dan priksakaj apa yang terjadi pada alat pengujinya, apakah lampu  menyala atau padam, memiliki gelembung atau tidak.
4. bersihkan kedua katoda/ elektroda tersebut dengan ampla.
5. ulanggi angkah prosedur 3-5 pada larutan yang akan diuji .


materi selengkap nya  dapat dilihat dalam video yang telah kami upload ke youtube dengan link berikut :https://www.youtube.com/watch?v=SGqW1kpJpOU

Selasa, 28 Februari 2017

TUGAS

MIND MAP HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA


Kesulitan belajar siswa terutama terletak pada ketidakmampuannya dalam menghubungkan pengetahuan awal dengan pengetahuan yang akan dimilikinya pada materi berikutnya.Pendekatan konstruksional melalui peta pikiran (mind mapping) seharusnya dapat menjadi solusi dalam kasus ini.

Berikut adalah contoh peta pikiran untuk materi pokok Hukum-Hukum Dasar Kimia:



PENGEMBANGAN E-LEARNING DALAM PEMBELAJARAN KIMIA


PENGEMBANGAN E-LEARNING DALAM PEMBELAJARAN KIMIA


Bahan ajar yang tersedia di sekolah biasanya hanya berupa buku teks. Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah dan Atas (2010), bahan ajar adalah segala bentuk bahan berupa seperangkat materi yang disusun secara sistematis untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan memungkinkan siswa untuk belajar. Menurut Depdiknas (2008), bahan ajar dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik materi yang akan disajikan. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, penggunaan alat bantu media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif seperti penggunaan komputer atau internet.

Penggunaan internet dalam proses pembelajaran dikenal dengan istilah e-learning.  E-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer lain. E-learning  membuat pembelajaran dapat lebih terbuka dan fleksibel. Pembelajaran dapat terjadi kapan saja, dimana saja, dan dengan siapa saja. Salah satu media yang dikembangkan untuk menunjang pembelajaran secara online adalah program LMS (Learning Management System). Menurut Yasar dan Adiguzel, Learning Management System (LMS) adalah suatu pengelolaan pembelajaran yang mempunyai fungsi untuk memberikan sebuah materi belajar, mendukung kolaborasi, menilai kinerja peserta didik, merekam data peserta didik, dan menghasilkan laporan yang berguna untuk memaksimalkan efektifitas dari sebuah pembelajaran. Selain materi ajar, skenario pembelajaran perlu disiapkan dengan matang untuk mengundang keterlibatan peserta didik secara aktif dan konstruktif dalam proses belajar mereka .  
Pembelajaran yang hanya dilakukan di kelas memiliki beberapa kelemahan, di antaranya sumber belajar terbatas, pembelajaran kurang efektif, dan tidak mampu mengakomodasi gaya dan kecepatan belajar siswa. Gaya belajar adalah suatu cara atau strategi seseorang dalam mengelola informasi. Kelemahan tersebut dapat diatasi dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang semakin maju dengan  mengembangkan media pembelajaran yang dapat mengakomodasi perbedaan gaya dan kecepatan belajar siswa. terlebih lagi dalam pembelajaran kimia sangat diperlukan media agar materi kimia yang cenderung susah dipahami oleh siswa dapat terbantu dengan adanya media yang mendukung.  Oleh karena itu diperlukan sebuah media yang mampu memberikan nuansa baru dalam pembelajaran, memberikan beragam sumber belajar yang dapat diakses setiap saat oleh siswa, sehingga mampu mengakomodasi gaya dan kecepatan belajar siswa.
Media pembelajaran berbasis learning management system menjadi salah satu solusi yang bisa dipakai dalam proses pembelajaran. Beberapa alasan menggunakan media pembelajaran ini adalah(a) terjadi peningkatan efektivitas pembelajaran dan prestasiakademik siswa, (b) menambah kenyamanan, (c) menarik lebih banyak perhatian siswa kepada materi yang disampaikan dalam pembelajaran, (d) dapat diterapkan dengan berbagai tingkat dan model pembelajaran, dan (e) dapat menambah waktu pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi dunia maya .Media pembelajaran berbasis LMS sangat berguna dalam menyediakan lingkungan/suasana belajar yang lengkap bagi siswa, karena penuh dengan penyediaan dokumen yang terkait modul dalam format elektronik, kesempatan untuk saling belajar bersama-sama,dan kesempatan untuk menyerahkan semua penilaian sumatif secara elektronik. Alasan lain yang mendukung perspektif tersebut adalah bahwa setiap siswa memiliki akses ke semua konten pembelajaran, memiliki fleksibilitas waktu dan momen yang paling cocok untuk kebutuhan siswa dalam 
belajar, dapat belajar dengan kemampuan kecepatan belajar masing-masing, dan berpartisipasi dalam kesempatan belajar yang interakti.


Model pengembangan

Pengembangan bahan ajar berbasis e-learning dengan materi hidrokarbon dan minyak bumi ini didasarkan pada model pengembangan yang direkomendasikan oleh Thiagarajan (1974), yakni 4D-Model yang terdiri dari pembatasan (define), perencanaan (design), pengembangan (develop), dan penyebarluasan (disseminate).  Tahap pendefinisian (define) adalah untuk menentukan dan menegaskan kebutuhan-kebutuhan pembelajaran. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah: (1) analisis ujung depan yang mengarah pada hasil akhir dari pengembangan yakni berupa bahan ajar berbasis e-learning, (2) analisis siswa, langkah ini menetapkan subyek pebelajar dan sasaran belajar siswa yaitu siswa kelas X semester 2 dengan materi pokok senyawa hidrokarbon dan minyak bumi dengan karakter siswa yang telah mengenal internet, dan (3) perumusan indikator hasil belajar yang dirumuskan berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).  Analisis siswa dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) analisis tugas dengan mencari literatur dan sumber belajar tentang hidrokarbon dan minyak bumi dan (2) analisis konsep yang dilakukan dengan mengidentifikasi konsep-konsep utama yang akan dipelajari.  Tahap perencanaan (design) meliputi tiga langkah yaitu: (1) penyusunan tes dengan membuat soal yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman materi dan keberhasilan siswa dalam memahami materi dalam bahan ajar, (2) pemilihan media untuk mendapatkan media yang tepat sesuai dengan perkembangan era teknologi yang sedang berlangsung, yaitu media internet, dan (3) perancangan awal yang meliputi membaca buku teks yang relevan, menulis bahan ajar, adaptasi bahan ajar, konsultasi secara intensif dengan dosen pembimbing. Pada tahap pengembangan (develop) langkah- langkah yang dilakukan adalah: (1) konsultasi dengan pembimbing yang bertujuan untuk merancang dan menyusun media dan instrumen yang akan dipakai dalam penelitian, (2) validasi yang merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data tentang nilai yang diperoleh dari validator, (3) analisis hasil validasi,  hasil validasi dianalisis sesuai dengan penilaian, saran, dan kritik dari validator, (4) revisi bahan ajar berbasis e-learning yang bertujuan untuk menyempurnakan bahan ajar yang akan digunakan, dan (5) uji coba terbatas, tujuan uji coba ini hanya untuk mengetahui kelayakan dari produk pengembangan yakni bahan ajar berbasis e-learning.  Tahap keempat yaitu penyebarluasan (disseminate) merupakan tahap penggunaan bahan ajar yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas. Tahap ini bertujuan untuk menguji efektivitas penggunaan bahan ajar berbasis e-learning hasil pengembangan. Dalam pengembangan ini, tahap penyebarluasan (disseminate) tidak dilakukan karena pertimbangan keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya.  Selain itu, disesuaikan dengan tujuan pengembangan bahan ajar berbasis e-learning yakni untuk mengetahui kelayakan bahan ajar bukan untuk mengukur prestasi belajar siswa.


Selasa, 21 Februari 2017

TUGAS TERSTRUKTUR 1



Tugas Terstruktur 1 Tatap Muka ke- dan ke-3

1.     Menurut cognitive theory of multimedia learning bahwa ada tiga asumsi utama yang dijadikan acuan dalam merancang suatu multimedia pembelajaran. Jelaskan ketiga asumsi tersebut dengan memberikan contoh masing-masing media yang relevan untuk pembelajaran kimia?
Jawab :
Teori kognitif merupakan salah satu teori yang paling mendasari penggunaanya dalam proses pembelajaran dari pada teori Behavioristik dan Konstruktifistik. Teori kognitif lebih mementingkan proses belajarnya atau proses menuju pemahaman mengenai sesuatu hal. Berbeda jauh dengan teori Behavioristik yang lebih mementingkan hasilnya. Para pakar teori kognitif seperti Piaget, Bruner, dan Ausubel memberikan makna tersendiri tentang teori kognitif. Menurut Piaget kegiatan belajar terjadi seturut  dengan pola tahap-tahap perkembangan  tertentu dan umur seseorang, serta melalu proses asimilasi, akomodasi dan equilibrasi. tiga asumsi yang mendasari teori kogitif tentang multimedia learning, yakni: dual-channel (saluran ganda), limited-capacity (kapasitas terbatas), dan active-processing (pemrosesan-aktif).
Mayer (2001) mengemukakan tiga asumsi yang Teori Kognitif Multimedia Learning (CTML) dibangun. Pertama, ada asumsi bahwa manusia memiliki sistem pengolahan untuk bahan pendengaran dan sistem lain untuk bahan visual. Presentasi multimedia menggunakan kedua sistem, memanfaatkan potensi belajar penuh seseorang. Asumsi kedua adalah bahwa saluran ini memiliki kapasitas terbatas. Karena keterbatasan ini, keputusan perlu dibuat "tentang apa yang potongan informasi yang masuk untuk memperhatikan". Asumsi terakhir adalah bahwa belajar aktif melibatkan memilih, mengorganisir, dan mengintegrasikan materi yang relevan dengan pengetahuan yang ada.

2)   Jelaskan bagaimana teori dual coding dapat diadaptasikan dalam menyiapkan suatu multimedia pembelajaran  kimia?
jawab:


Teori dual coding yang dikemukakan Allan Paivio (Paivio, 1971, 2006) menyatakan bahwa informasi yang diterima seseorang diproses melalui salah satu dari dua channel, yaitu channel verbal seperti teks dan suara, danchannel visual (nonverbal image) seperti diagram, gambar, dan animasi. Kedua channel ini dapat berfungsi baik secara independen, secara paralel, atau juga secara terpadu bersamaan (Sadoski, Paivio, Goetz, 1991). Kedua channel informasi tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Channel verbal memroses informasi secara berurutan sedangkan channel nonverbal memroses informasi secara bersamaan (sinkron) atau paralel.
Aktivitas berpikir dimulai ketika sistem sensory memory menerima rangsangan dari lingkungan, baik berupa rangsangan verbal maupun rangsangan nonverbal. Hubungan-hubungan representatif (representational connection) terbentuk untuk menemukan channel yang sesuai dengan rangsangan yang diterima. Dalam channel verbal, representasi dibentuk secara urut dan logis, sedangkan dalam channel nonverbal, representasi dibentuk secara holistik. Sebagai contoh, mata, hidung, dan mulut dapat dipandang secara terpisah, tetapi dapat juga dipandang sebagai bagian dari wajah. Representasi informasi yang diproses melalui channel verbal disebut logogen sedangkan representasi informasi yang diproses melalui channel nonverbal disebut imagen (lihat Gambar).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Paivio dan Bagget tahun 1989 dan Kozma tahun 1991, mengindikasikan bahwa dengan memilih perpaduan media yang tepat, kegiatan belajar dari seseorang dapat ditingkatkan (Beacham, 2002; Dede, 2000; Hogue, (?)). Sebagai contoh, informasi yang disampaikan dengan menggunakan kata-kata (verbal) dan ilustrasi yang relevan memiliki kecenderungan lebih mudah dipelajari dan dipahami daripada informasi yang menggunakan teks saja, suara saja, perpaduan teks dan suara saja, atau ilustrasi saja.
Menurut teori Dual Coding yang dikemukakan oleh Paivio, kedua channel pemrosesan informasi tersebut tidak ada yang lebih dominan. Namun demikian, Carlson, Chandler, dan Sweller tahun 2003 dalam (Ma, (?)) telah melakukan sebuah riset untuk melihat apakah pembelajaran yang dilakukan melalui diagram atau teks akan membantu kegiatan belajar. Carlson dan kawan-kawan mengasumsikan bahwa karena diagram lebih lengkap dibandingkan teks, dan dengan diagram seseorang mampu menghubungkan antara elemen yang satu dengan yang lainnya, maka orang yang belajar melalui diagram akan lebih berprestasi dibandingkan dengan orang yang belajar dengan menggunakan teks saja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk bahan belajar yang memiliki tingkat interaktivitas tinggi, kelompok yang belajar dengan menggunakan diagram memiliki prestasi lebih tinggi dibandingkan dengan yang hanya belajar dengan teks. Untuk bahan belajar yang tidak memiliki tingkat interaktivitas yang tinggi, kedua kelompok tidak menunjukkan perbedaan prestasi yang signifikan.
Sebagai tambahan kesimpulan dari teori dual coding ini jika dikaitkan dengan bagaimana seseorang memroses suatu informasi baru, dapat dinyatakan bahwa teori ini mendukung pendapat yang menyatakan seseorang belajar dengan cara menghubungkan pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya (prior knowledge). Peneliti berpendapat bahwa seorang tenaga pemasaran yang memiliki masa kerja lebih lama juga memiliki prior knowledge yang lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang memiliki masa kerja lebih pendek, sehingga dapat diharapkan bahwa para tenaga pemasaran yang memiliki masa kerja lebih lama akan lebih mudah memahami informasi baru yang disampaikan.
Teori Dual Coding juga menyiratkan bahwa seseorang akan belajar lebih baik ketika media belajar yang digunakan merupakan perpaduan yang tepat dari channel verbal dan nonverbal (Najjar, 1995). Sejalan dengan pernyataan tersebut, peneliti berpendapat bahwa ketika media belajar yang digunakan merupakan gabungan dari beberapa media maka kedua channel pemrosesan informasi (verbal dan nonverbal) dimungkinkan untuk bekerja secara paralel atau bersama-sama, yang berdampak pada kemudahan informasi yang disampaikan terserap oleh pembelajaran.

Dalam pembelajaran kimia kita dapat mengabil contoh : yakni dengan menggunakan projector pada saat menjelaskan materi tentang senyawa aromatic dengan aplikaasi tertentu, kemudian pendidikan me