PENGEMBANGAN
E-LEARNING DALAM PEMBELAJARAN KIMIA
Bahan
ajar yang tersedia di sekolah biasanya hanya berupa buku teks. Menurut
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah dan Atas (2010), bahan ajar adalah segala
bentuk bahan berupa seperangkat materi yang disusun secara sistematis untuk
membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan
memungkinkan siswa untuk belajar. Menurut Depdiknas (2008), bahan ajar dapat
dikembangkan dalam berbagai bentuk yang disesuaikan dengan kebutuhan dan
karakteristik materi yang akan disajikan. Seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, penggunaan alat bantu media pembelajaran menjadi semakin
luas dan interaktif seperti penggunaan komputer atau internet.
Penggunaan
internet dalam proses pembelajaran dikenal dengan istilah e-learning. E-learning merupakan suatu jenis belajar
mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan
menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer lain. E-learning membuat
pembelajaran dapat lebih terbuka dan fleksibel. Pembelajaran dapat terjadi
kapan saja, dimana saja, dan dengan siapa saja. Salah satu media yang
dikembangkan untuk menunjang pembelajaran secara online adalah program LMS
(Learning Management System). Menurut Yasar dan Adiguzel, Learning
Management System (LMS) adalah suatu pengelolaan pembelajaran yang mempunyai
fungsi untuk memberikan sebuah materi belajar, mendukung kolaborasi, menilai
kinerja peserta didik, merekam data peserta didik, dan menghasilkan laporan
yang berguna untuk memaksimalkan efektifitas dari sebuah pembelajaran. Selain
materi ajar, skenario pembelajaran perlu disiapkan dengan matang untuk
mengundang keterlibatan peserta didik secara aktif dan konstruktif dalam proses
belajar mereka .
Pembelajaran yang hanya dilakukan di kelas memiliki beberapa
kelemahan, di antaranya sumber belajar terbatas, pembelajaran kurang efektif,
dan tidak mampu mengakomodasi gaya dan kecepatan belajar siswa. Gaya belajar
adalah suatu cara atau strategi seseorang dalam mengelola informasi. Kelemahan
tersebut dapat diatasi dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang semakin
maju dengan mengembangkan media pembelajaran yang dapat mengakomodasi
perbedaan gaya dan kecepatan belajar siswa. terlebih lagi dalam pembelajaran kimia sangat diperlukan media agar materi kimia yang cenderung susah
dipahami oleh siswa dapat terbantu dengan adanya media yang mendukung. Oleh karena itu diperlukan sebuah
media yang mampu memberikan nuansa baru dalam pembelajaran, memberikan beragam
sumber belajar yang dapat diakses setiap saat oleh siswa, sehingga mampu
mengakomodasi gaya dan kecepatan belajar siswa.
Media pembelajaran berbasis learning management system
menjadi salah satu solusi yang bisa dipakai dalam proses pembelajaran. Beberapa
alasan menggunakan media pembelajaran ini adalah(a) terjadi peningkatan
efektivitas pembelajaran dan prestasiakademik siswa, (b) menambah kenyamanan,
(c) menarik lebih banyak perhatian siswa kepada materi yang disampaikan dalam
pembelajaran, (d) dapat diterapkan dengan berbagai tingkat dan model
pembelajaran, dan (e) dapat menambah waktu pembelajaran dengan memanfaatkan
teknologi dunia maya .Media pembelajaran berbasis LMS sangat berguna dalam
menyediakan lingkungan/suasana belajar yang lengkap bagi siswa, karena penuh
dengan penyediaan dokumen yang terkait modul dalam format elektronik,
kesempatan untuk saling belajar bersama-sama,dan kesempatan untuk menyerahkan
semua penilaian sumatif secara elektronik. Alasan lain yang mendukung
perspektif tersebut adalah bahwa setiap siswa memiliki akses ke semua konten
pembelajaran, memiliki fleksibilitas waktu dan momen yang paling cocok untuk
kebutuhan siswa dalam
belajar, dapat belajar dengan kemampuan kecepatan belajar
masing-masing, dan berpartisipasi dalam kesempatan belajar yang interakti.
Model pengembangan
Pengembangan bahan ajar berbasis e-learning dengan materi
hidrokarbon dan minyak bumi ini didasarkan pada model pengembangan yang
direkomendasikan oleh Thiagarajan (1974), yakni 4D-Model yang terdiri dari
pembatasan (define), perencanaan (design), pengembangan (develop), dan
penyebarluasan (disseminate). Tahap
pendefinisian (define) adalah untuk menentukan dan menegaskan kebutuhan-kebutuhan
pembelajaran. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah: (1)
analisis ujung depan yang mengarah pada hasil akhir dari pengembangan yakni
berupa bahan ajar berbasis e-learning, (2) analisis siswa, langkah ini
menetapkan subyek pebelajar dan sasaran belajar siswa yaitu siswa kelas X
semester 2 dengan materi pokok senyawa hidrokarbon dan minyak bumi dengan
karakter siswa yang telah mengenal internet, dan (3) perumusan indikator hasil
belajar yang dirumuskan berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar
pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Analisis siswa dibedakan menjadi dua, yaitu:
(1) analisis tugas dengan mencari literatur dan sumber belajar tentang
hidrokarbon dan minyak bumi dan (2) analisis konsep yang dilakukan dengan
mengidentifikasi konsep-konsep utama yang akan dipelajari. Tahap perencanaan (design) meliputi tiga
langkah yaitu: (1) penyusunan tes dengan membuat soal yang bertujuan untuk
mengetahui tingkat pemahaman materi dan keberhasilan siswa dalam memahami materi
dalam bahan ajar, (2) pemilihan media untuk mendapatkan media yang tepat sesuai
dengan perkembangan era teknologi yang sedang berlangsung, yaitu media
internet, dan (3) perancangan awal yang meliputi membaca buku teks yang
relevan, menulis bahan ajar, adaptasi bahan ajar, konsultasi secara intensif
dengan dosen pembimbing. Pada tahap pengembangan (develop) langkah- langkah
yang dilakukan adalah: (1) konsultasi dengan pembimbing yang bertujuan untuk
merancang dan menyusun media dan instrumen yang akan dipakai dalam penelitian,
(2) validasi yang merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data tentang nilai yang
diperoleh dari validator, (3) analisis hasil validasi, hasil validasi dianalisis sesuai dengan
penilaian, saran, dan kritik dari validator, (4) revisi bahan ajar berbasis
e-learning yang bertujuan untuk menyempurnakan bahan ajar yang akan digunakan,
dan (5) uji coba terbatas, tujuan uji coba ini hanya untuk mengetahui kelayakan
dari produk pengembangan yakni bahan ajar berbasis e-learning. Tahap keempat yaitu penyebarluasan
(disseminate) merupakan tahap penggunaan bahan ajar yang telah dikembangkan
pada skala yang lebih luas. Tahap ini bertujuan untuk menguji efektivitas
penggunaan bahan ajar berbasis e-learning hasil pengembangan. Dalam
pengembangan ini, tahap penyebarluasan (disseminate) tidak dilakukan karena
pertimbangan keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya. Selain itu, disesuaikan dengan tujuan
pengembangan bahan ajar berbasis e-learning yakni untuk mengetahui kelayakan
bahan ajar bukan untuk mengukur prestasi belajar siswa.